Sifat 20: Sifat Allah yang Penting dan Wajib Kita Ketahui
Ilmu Tauhid (Aqidah/Iman) adalah hal yang paling penting yang harus 
dipelajari setiap Muslim. Bahkan harus dipelajari lebih dulu sebelum 
kita mempelajari/melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, 
dan sebagainya. Bagaimana kita bisa tergerak untuk melakukan ibadah jika
 dalam hati kita tidak ada iman? Bagaimana kita bisa ikhlas dan khusyuk 
beribadah jika kita tidak tahu/tidak yakin akan Allah dan 
sifat-sifatNya?
Banyaknya ummat Islam di Indonesia yang menjadi murtad itu karena mereka
 nyaris tidak mempelajari dan meyakini ilmu Tauhid sehingga akhirnya 
tidak tahu Sifat-sifat Tuhan yang asli/sejati. Akhirnya mereka menyembah
 Tuhan yang sifatnya berlawanan dari sifat Allah seperti menyembah 3 
Tuhan dan sebagainya.
Pada Ilmu Tauhid ini diasumsikan orang belum memiliki iman yang kuat 
kepada Allah, apalagi Al Qur’an. Oleh karena itu dalilnya pun yang 
pertama dipakai adalah dalil Akal/Logika (Aqli). Setelah beriman, baru 
dalil Naqli (Al Qur’an) dikemukakan. Pada ilmu tentang Iman, maka Akal 
harus digunakan. Ada pun jika sudah beriman dan mengenai fiqih misalnya 
kenapa kalau kentut bukan (maaf) pantat yang dibasuh, tapi harus mencuci
 anggota badan lainnya, maka dalil Naqli (Al Qur’an dan Hadits) yang 
harus dipakai. Pada Tauhid, Aqli harus dipakai. Pada Fiqih, Naqli yang 
dipakai.
Karena itulah Allah dalam Al Qur’an juga kerap menggunakan dalil 
Akal/Logika kepada kaum yang kafir atau imannya masih lemah. Hanya orang
 yang berakal saja yang dapat pelajaran.
“…Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali ‘Imran 7]
Allah juga kerap memakai ilmu pengetahuan seperti penciptaan langit dan bumi sebagai tanda bagi orang yang berakal:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya 
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [Ali
 ‘Imran 190]
“dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah 
dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah 
matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan 
Allah) bagi kaum yang berakal.” [Al Jaatsiyah 5]
Lihat ayat Al Waaqi’ah ayat 58 hingga 72. Allah menggunakan logika 
kepada manusia (termasuk kita yang membaca surat tersebut) agar 
menggunakan akal kita:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah 
yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah 
58-59]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” [Al Waaqi’ah 72]
Allah menggunakan logika dan perumpamaan-perumpamaan (Tamtsil/Ibarat) 
agar orang yang berakal/berilmu meski dia belum beriman jadi berfikir 
dan beriman kepada Allah.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang
 memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” [Al ‘Ankabuut 43]
Baca juga ayat Al Hasyr 21, Al Kahfi 45, Al Kahfi 54, Ar Ruum 58, Az 
Zumar 27, dsb. Ada 58 ayat lebih tentang perumpamaan yang dikenal 
sebagai logika analogi.
Contoh perumpamaan itu adalah ayat Al A’raaf 176, Al ‘Ankabuut 41, Al 
Baqarah 17, Al Baqarah 171, Al Baqarah 261, Al Baqarah 264, dan 
sebagainya.
Keliru sekali jika ada orang yang menolak sama sekali penggunaan dalil 
Akal atau Logika apalagi jika itu ditujukan pada orang yang belum atau 
masih tipis imannya. Karena itu, banyak orang-orang yang dulunya kafir, 
akhirnya masuk Islam. Bayangkan, bagaimana mungkin orang mau mempercayai
 Al Qur’an (firman Allah) jika kepada Allah saja dia belum beriman? 
Karena itulah pendekatan akal digunakan.
Berbagai firman Allah seperti Afalaa Ta’qiluun, La’allakum 
Tatafakkaruun, Ulil Albaab merupakan perintah Allah pada manusia untuk 
menggunakan akal atau fikiran termasuk dalam beragama.
Sifat Allah itu banyak/tidak terhitung. Namun seandainya ditulis 1 juta,
 1 milyar, atau 1 trilyun, tentu kita tidak akan sanggup mempelajarinya 
bukan? Seorang ulama menulis 20 sifat yang wajib (artinya harus ada) 
pada Tuhan/Allah. Jika tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Tuhan
 atau Allah. Minimal kita bisa memahami dan meyakini 13 dari sifat 
tersebut agar tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat 
Allah lainnya dalam Ama’ul Husna (99 Nama Allah yang Baik)
Sifat-sifat itu adalah:
1. Wujud (ada)
Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin/mustahil Allah itu ‘Adam (tidak ada).
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita melihat 
pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak masuk akal jika 
kita berkata semua itu terjadi dengan sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih komplek.
Bumi yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling 
lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya. Matahari, keliling 
lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya. Matahari, dan 8 
planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata Surya, tergabung dalam 
galaksi Bima Sakti yang panjangnya sekitar 100 ribu tahun cahaya 
(kecepatan cahaya=300 ribu kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar 
bintang lainnya. Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan
 galaksi lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”. Cluster ini bersama 
ribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara ribuan Super
 Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya” (Universe) yang 
bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun Cahaya!
Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru angka estimasi saat 
ini, karena jarak pandang teleskop tercanggih baru sampai 15 Milyar 
Tahun Cahaya.
Bayangkan, jika jarak bumi dengan matahari yang 150 juta kilometer 
ditempuh oleh cahaya hanya dalam 8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru 
bisa ditempuh selama 30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan 
Allah! Jika kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita
 lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan 
Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al 
Furqoon:61]
Karena kita tidak bisa melihat Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada.
 Tuhan ada. Meski kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan 
ciptaannya.” Pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca 
indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan adalah pernyataan 
yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan mungkin 
trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu 
sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus (rambut dibelah 1 
juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada? 
(manusia baru bisa melihatnya jika meletakkan benda tersebut di bawah 
mikroskop yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik. Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu ada?
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.
Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas pada beberapa 
frekuensi tertentu, demikian pula suara. Terkadang sinar yang amat 
menyilaukan bukan saja tak dapat dilihat, tapi dapat membutakan manusia.
 Demikian pula suara dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada 
yang tak bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan pendengaran 
manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia 
sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Sang Maha
 Pencipta!
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan udara. 
Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian pula lampu merah dan
 radar. Menara kontrol bandara mengatur lalu lintas laut dan udara. 
Sementara tiap kendaraan ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang 
ada Pilot dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi, 
dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat, laut, dan
 udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu beredar
 selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan sekitar 4,5 milyar 
tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran tahun, tidak pernah bumi 
menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada 
rambu-rambu jalan, polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada 
Tuhan yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu 
terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah yang telah 
menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi masing-masing benda 
tersebut. Jika kita sungguh-sungguh memikirkan hal ini, tentu kita yakin
 bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan 
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan 
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). 
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia 
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang 
mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak 
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” 
[Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah lah Yang meninggi-kan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu 
lihat, kemudian Dia berse-mayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari 
dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah 
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), 
supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
 dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
 dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan 
ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa 
neraka.” [Ali Imron:191]
Artikel lengkap tentang Bukti Tuhan itu Ada dapat anda lihat di www.media-islam.or.id
Hikmah: Kunci Iman menyembah Allah. Kalau orang tidak mempercayai Allah 
itu ada, maka dia adalah Atheist. Tidak mungkin bisa ikhlas dan khusyu’ 
menyembah Allah.
2. Qidam (Terdahulu)
Allah itu Qidam (Terdahulu). Mustahil Allah itu Huduts (Baru).
“Dialah Yang Awal …” [Al Hadiid:3]
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan langit, 
bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga 
manusia.
“Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu..?” [Al Mu'min:62]
Oleh karena itu, Allah adalah awal. Dia sudah ada jauh sebelum langit, 
bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Tuhan 
itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.
Sebagai contoh, tidak mungkin lukisan Monalisa ada lebih dulu sebelum 
pelukis yang melukisnya, yaitu Leonardo Da Vinci. Demikian juga Tuhan. 
Tidak mungkin makhluk ciptaannya muncul lebih dulu, kemudian baru muncul
 Tuhan.
3. Baqo’ (Kekal)
Allah itu Baqo’ (Kekal). Tidak mungkin Allah itu Fana’ (Binasa).
Allah sebagai Tuhan Semesta Alam itu hidup terus menerus. Kekal abadi 
mengurus makhluk ciptaannya. Jika Tuhan itu Fana’ atau mati, bagaimana 
nasib ciptaannya seperti manusia?
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…” [Al Furqon 58]
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” [Ar Rahman:26-27]
Karena itu jika ada “Tuhan” yang wafat atau mati, maka itu bukan Tuhan. Tapi manusia biasa.
Hikmah: Jika kita mencintai Allah yang Maha Kekal dan selalu ada dan 
menjadikanNya teman serta pelindung, niscaya kita akan tetap sabar meski
 kehilangan segala yang kita cintai.
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (Tidak Serupa dengan MakhlukNya)
Allah itu berbeda dengan makhlukNya (Mukhollafatuhu lil hawaadits). 
Mustahil Allah itu sama dengan makhlukNya (Mumaatsalaatuhu lil 
Hawaadits). Kalau sama dengan makhluknya misalnya sama lemahnya dengan 
manusia, niscaya “Tuhan” itu bisa mati dikeroyok atau disalib oleh 
manusia. Mustahil jika “Tuhan” itu dilahirkan, menyusui, buang air, 
tidur, dan sebagainya. Itu adalah manusia. Bukan Tuhan!
Allah itu Maha Besar. Maha Kuasa. Maha Perkasa. Maha Hebat. Dan segala Maha-maha yang bagus lainnya.
“…Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” [Asy Syuura:11]
Misalnya sifat “Hidup” Allah beda dengan sifat “Hidup” makhluknya. Allah
 itu dari dulu, sekarang, kiamat, dan hingga hari akhirat nanti tetap 
hidup. Sebaliknya makhluknya seperti manusia dulu mati (tidak ada). 
Setelah itu baru dilahirkan dan hidup. Namun itu pun hanya sebentar. 
Paling lama 1000 tahun. Setelah itu mati lagi dan dikubur. Jadi meski 
sekilas sama, namun sifat “Hidup” Allah beda dengan makhlukNya.
Demikian juga dengan sifat lain seperti “Kuat.” Allah selalu kuat dan 
kekuatannya bisa menghancurkan alam semesta. Sementara manusia itu dulu 
ketika bayi lemah dan ketika mati juga tidak berdaya. Saat tidur pun 
manusia sama sekali tidak berdaya. Saat hidup pun jika kena tsunami atau
 gempa apalagi kiamat, dia akan mati.
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya)
Allah itu Qiyamuhi Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah itu Iftiqoorullah (Berhajat/butuh) pada makhluknya.
“.. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [Al ‘Ankabuut:6]
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan 
tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang 
memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang 
sebesar-besarnya.” [Al Israa’ 111]
Di dunia ini, semua orang saling membutuhkan. Bahkan seorang raja pun 
butuh penjahit pakaian agar dia tidak telanjang. Dia butuh pembuat 
bangunan agar istananya bisa berdiri. Dia butuh tukang masak agar bisa 
makan. Dia butuh pengawal agar tidak mati dibunuh orang. Dia butuh 
dokter jika dia sakit. Saat bayi, dia butuh susu ibunya, dan sebagainya.
Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak butuh makhluknya. Seandainya
 seluruh makhluk memujiNya, niscaya tidak bertambah sedikitpun 
kemuliaanNya. Sebaliknya jika seluruh makhluk menghinaNya, tidaklah 
berkurang sedikitpun kemuliaanNya.
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah 
Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” [ Faathir 
15]
Hikmah: Tidak sombong dan memohon hanya kepada Allah. Karena Manusia 
ketika lahir butuh bantuan. Demikian pula ketika mati meski dia kaya dan
 berkuasa
6. Wahdaaniyah (Esa)
Allah itu Wahdaaniyah (Esa/Satu). Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti 2, 3, 4, dan seterusnya.
Allah itu Maha Kuasa. Jika ada sekutuNya, maka Dia bukan yang Maha Kuasa
 lagi. Jika satu Tuhan Maha Pencipta, maka Tuhan yang lain kekuasaannya 
terbatas karena bukan Maha Pencipta.
”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan
 yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan
 itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari 
tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah 
dari apa yang mereka sifatkan itu” [Al Mu’minuun:91]
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” [Al Ikhlas:1-4]
Oleh karena itu, ummat Islam harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa/Satu, 
yaitu Allah. Tidak pantas bagi ummat Islam untuk menyembah Tuhan selain 
Allah seperti Tuhan Bapa, Tuhan Anak, Roh Kudus. Tidak pantas juga bagi 
ummat Islam untuk menyembah 3 Tuhan di mana satu adalah yang 
Menciptakan, satu lagi yang merusak, dan terakhir yang memelihara.
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia 
mengampuni segala dosa selain dari syirik, bagi siapa yang 
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
 telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]
Hikmah: Tidak mempersekutukan Allah
7. Qudrat (Kuasa)
Sifat Tuhan yang lain adalah Qudrat atau Maha Kuasa. Tidak mungkin Tuhan
 itu ‘Ajaz atau lemah. Jika lemah sehingga misalnya bisa ditangkap, 
disiksa, dan disalib, maka itu bukan Tuhan yang sesungguhnya. Hanya 
manusia biasa.
”… Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan 
penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” 
[Al Baqarah:20]
”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk
 baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi 
Allah.” [Fathiir:16-17]
Hikmah: menyadari kekuasaan Allah dan tawakal kepada Allah.
8. Iroodah (Berkehendak)
Sifat Allah adalah Iroodah (Maha Berkehendak). Allah melakukan sesuatu 
sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (Melakukan 
sesuatu dengan terpaksa).
“…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” [Huud:107]
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk 
menciptakan sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” 
Lalu jadilah ia.” [Al Baqarah:117]
“…Katakanlah : “Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika
 Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat 
bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al 
Fath:11]
Hikmah: tawakal kepada Allah dan selalu berdoa kepada Allah
9. Ilmu (Mengetahui)
Allah itu berilmu (Maha Mengetahui). Mustahil Allah itu Jahal (Bodoh). 
Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu.
Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, 
mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga 
manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.
“Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
 kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan 
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak
 jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah 
atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” 
[Al An’aam:59]
“Katakanlah: Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat 
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat 
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” [Al Kahfi:109]
“Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’:176]
10. Hayaat (Hidup)
Allah itu Hayaat (Maha Hidup). Tidak mungkin Tuhan itu Maut (Mati). Jika
 Tuhan mati, maka bubarlah dunia ini. Tidak patut lagi dia disembah. 
Maha Suci Allah dari kematian/wafat.
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal Yang tidak mati…” [Al Furqaan:58]
11. Sama’ (Mendengar)
Allah bersifat Sama’ (Maha Mendengar). Mustahil Tuhan bersifat Shomam (Tuli).
Allah Maha Mendengar. Mustahil Allah tuli.
“… Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
12. Bashor (Melihat)
Allah bersifat Melihat. Mustahil Allah itu ‘Amaa (Buta).
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan 
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Hujuraat:18]
Hikmah: takut berbuat dosa karena Allah selalu melihat kita
Lebih jauh tentang Sifat Bashor bisa anda lihat di:
http://media-islam.or.id/2010/05/04/allah-maha-melihat-bashor
13. Kalam
Allah bersifat Kalam (Berkata-kata). Mustahil Allah itu Bakam (Bisu)
“…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” [An Nisaa’ 164]
Jika kita meyakini ini, tentu kita tidak akan menyembah berhala yang tidak bisa bicara sebagai Tuhan [Al Anbiyaa’ 63-65]
Demikianlah sifat-sifat Allah yang penting yang wajib kita ketahui agar kita tahu mana Tuhan yang asli dan mana yang bukan.
Jika sifat-sifat Tuhan itu kita pahami dan yakini, niscaya kita tidak 
akan menyembah 3 Tuhan atau Tuhan yang Mati atau Tuhan yang Lemah, dan 
sebagainya. Kita hanya mau menyembah Allah yang memiliki sifat-sifat di 
atas dengan sempurna.
Ada pun sifat-sifat ke 14-20 sesungguhnya merupakan bentuk Subyektif/Pelaku dari Sifat nomor 7-13 yaitu:
14. Qoodirun: Yang Memiliki sifat Qudrat
15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah
16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu
17. Hayyun: yang Hidup
18. Samii’un: Yang Mendengar
19. Bashiirun: Yang Melihat
20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata
Insya Allah semua sifat-sifat Allah itu berdasarkan dalil Al Qur’an yang
 kuat jadi harus kita yakini kebenarannya. Ilmu Tauhid ini begitu 
penting. Sebab itu cetaklah dan sebarkanlah pada keluarga dan 
teman-teman anda untuk memperkuat aqidah mereka.