Kamis, 27 Oktober 2011

Istri solehah

Perhiasan Terindah Adalah Istri yang Solehah


Siapapun suami didunia ini pasti selalu mendambakan istri yang sholehah, namun seperti apakah istri yang sholehah itu. Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW ciri istri yang sholehah adalah:
Apabila diperintah ia taat, apabila dipandang menyenangkan hati suaminya, dan apabila suaminya tidak ada dirumah, ia menjaga diri dan harta suaminya.” (HR.Ahmad dan An-Nasa’i, di Hasan-kan oleh Albani dalam Irwa’ no.1786)
Mempunyai istri sholehah merupakan kebahagiaan yang tidak terungkapkan, dan istri yang sholehah adalah perhiasan yang terindah sebagaimana sabda nabi:
Dunia adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah wanita (istri) shalihah.” (HR.Muslim dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash)
Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Walaupun terkadang timbul perasaan malas atau berat untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi kewajibannya, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih diutamakan diatas perasaannya. Lihatlah apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam ketika Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya:
Siapa diantara manusia yang paling besar haknya atas (seorang) istri?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam menjawab, “Suaminya.. “ (HR. Hakim dan Al-Bazzar)
Dengan taat kepada suami dan tentunya dengan menjalankan kewajiban agama lainnya, dapat mengantarkan istri kepada surga-Nya. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan di shahihkan oleh Al-Albani:
Bila seorang wanita telah mengerjakan shalat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan dan memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya, maka kelak dikatakan kepadanya: “masuklah dari pintu surga mana saja yang engkau inginkan.”
Kemudian hendaklah istri mengingat akan besarnya hak suami atas dirinya, sampai-sampai seandainya dibolehkan sujud kepada selain Allah maka istri diperintahkan untuk sujud kepada suaminya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam:
Andaikan saja dibolehkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi: Hasan Shahih)
Terlalu banyak peluang bagi seorang istri untuk beribadah kepada Allah dalam rumah tangganya dan terlalu mudah dalam memperoleh pahala dalam kehidupan suami istri. Namun sebaliknya terlalu mudah pula seorang istri terjerumus kepada dosa besar kalau melanggar ketentuan yang telah Allah gariskan. Yang perlu diingat oleh istri ialah agar berupaya mengikhlaskan niat hanya untuk Allah dalam melaksanakan kewajibannya sepanjang waktu..
Apabila diperintah oleh suaminya, istri diwajibkan untuk mentaati. Dan apabila suaminya tidak ada dirumah, istri harus pandai menjaga dirinya dan kehormatannya serta menjaga amanah harta suaminya. Istri yang demikian ini akan dijaga oleh Allah sebagaimana Firman-Nya:
“ ..maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa’: 34)
Adapun kriteria pertama dan ciri-ciri shalihah; Imam As-Sindi mengatakan dalam bukunya Khasyiah Sunan Nasai juz 6 hal 377:
Menyenangkan bila dipandang itu artinya indahnya penampilan secara dzahir serta akhlaq yang mulia. Juga terus menerus menyibukkan diri dalam taat dan bertaqwa kepada Allah.”
Banyak hal yang dapat menyenangkan hati suami, diantaranya: penampilan diri agar enak dipandang, dan berbicara dengan menggunakan tutur yang menyenangkan serta dalam hal pengaturan rumah mampu menciptakan suasana bersih dan nyaman.

KARAKTERISTIK WANITA SOLEHAH

Wanita Shalihah (isteri shalihah) merupakan sebaik-baik dan semulia-mulia gelar
yang diberikan kepada wanita kekasih Allah. Titel atau gelar itu bukan sekadar nama
dan kebanggaan, tetapi dia adalah buah dari satu perjuangan panjang dalam
kehidupan seorang wanita. Masyarakat Muslim diingatkan, supaya waspada terhadap
khadraauddiman, yaitu wanita cantik yang tumbuh dewasa di tempat yang buruk.
BANYAK wanita mendambakan titel itu, tetapi sangat sedikit yang sampai kepada
tujuan yang dirindukan. Sebab, perjalanan panjang yang harus ditempuh oleh
seorang wanita mengharuskannya melalui jalan yang terjal, berkelok, berbatu, naik
bukit dan turun gunung, penuh onak dan duri. Kenanglah sejenak perjalanan hidup
para pemimpin wanita ahli surga, yaitu sebaik-baik wanita sebagaimana sabda
Rasulullah Saw berikut ini.
Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita ialah
Khadijah binti Khuwailid. (HR. Bukhari Muslim).

Dari Abu Musa ra. berkata:
Rasulullah Saw bersabda: Lelaki yang sempurna banyak, tetapi tidak demikian
halnya bagi wanita kecuali Asiah istri Fir’aun dan Mar-yam binti Imran. Dan sesungguhnya
keutamaan Aisyah atas wanita lainnya seperti ke-utamaan tsarid (lauk yang
berminyak) atas makanan lainnya. (HR. Bukhari).

Nabi Saw bersabda: Fati-mah
adalah pemimpin wa-nita ahli surga . (HR. Bukhari)

Kesemua wanita yang disebut di dalam hadits-hadits di atas, yang diberi gelar
sebagai sebaik-baik wanita ahli surga (Maryam, Asiah, Khadijah, Aisyah dan
Fatimah) adalah wanita-wanita yang perjalanan hidupnya penuh dengan ujian dan
tantangan. Mereka ditimpa banyak musibah dan bala bencana, baik dalam urusan
keluarga, masya-rakat dan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Namun mereka
tidak bergeming dari keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Apakah ciri dan karakter yang dimiliki dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,
sehingga dengan tegar bertahan dari segala amuk duniawi, dan mendapatkan gelar
mulia sebagai wanita/istri shalihah? Secara umum dijelaskan di dalam al-Qur’an,

Allah Swt berfirman:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wa-nita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Qs. An Nisaa’ 4:34)

Inilah ayat yang me-nerangkan secara terperinci tentang ihwal kaum wanita dalam
kehidupan rumah tangga yang berada di bawah kepemimpinan kaum pria.
Disebutkan bahwa ada dua jenis wanita: yang shalihah dan yang tidak shalihah. Lalu
ciri shalihah antara lain adalah taat, yaitu taat kepada Allah Swt, kepada Rasul Nya
dan taat kepada suami. Selain itu dia betah tinggal di rumah, bersikap ma’ruf kepada
suami dan menjaga kehormatan diri di saat suaminya tidak ada di rumah.
Ats-Tsauri dan Qata-dah mengatakan: Arti menjaga kehormatan diri di saat suami
tidak ada di rumah adalah menjaga segala sesuatu yang mesti dipelihara, baik
berkenaan dengan kehormatan diri maupun harta. Sementara itu Ibnu Jarir dan al-
Baihaqi meriwayatkan ha-dits dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Saw
bersabda:
Sebaik-baik wanita adalah yang menawan hati-mu bila engkau pandang, taat
manakala engkau perintah, dan menjaga hartamu serta memelihara kehormatan dirinya
ketika engkau tidak ada di rumah.
Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat tersebut di atas. (Qs. An Nisaa’ 4: 34).
Syeikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menjaga
kehormatan diri di sini adalah menutup apa yang dapat membuat malu ketika
diperlihatkan atau diungkapkan. Artinya, menjaga segala sesuatu yang secara khusus
berkenaan dengan rahasia suami istri, serta tidak menceritakan rahasia suaminya
kepada siapapun kecuali kepada orang yang benar-benar dipercaya karena ingin
mencari solusi keruwetan rumah tangga.
Secara syar’i, yang juga bisa dikategorikan dalam hal ini adalah keharusan
merahasiakan segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan intim suami istri,
termasuk di dalamnya menceritakan hal-hal yang tidak senonoh. Jangan seperti
khadrau’ud-diman, seperti yang sering ditayangkan infotainment tv, mengumbar
segala aurat keluarga sehingga orang jijik mendengarnya.
Apatah lagi bila sampai ke bentuk-bentuk perilaku yang mereka laksanakan
sebagai pasangan suami isteri yang tidak layak didengar oleh selain mereka. Selain
itu juga dapat difahami bahwa ungkapan yang disebut oleh al-Qur-’an di atas,
merupakan salah satu ungkapan yang memiliki arti kiasan yang amat mendalam:
menghentak kaum wanita yang keras hati, namun bisa difahami rahasianya oleh
mereka yang berhati lembut.
Kaum wanita me-mang memiliki naluri yang demikian lembut, dimana anda sekalian
bisa mene-robos hati mereka hanya dengan menyentuh ujung jarinya saja. Jantung
me-reka memiliki nadi-nadi peka yang segera memom-pakan darah ke raut wajah
mereka manakala mene-rima rangsangan.
Maka tidak dibenar-kan menghubungkan langsung kalimat hifzhul ghaib (menjaga
harta dan kehormatan diri) dengan kalimat bima hafizhallah (sebagai-mana Allah
menjaga diri-nya). Sebab perpindahan yang demikian drastis dari penuturan rahasia
diri yang tersembunyi ke arah penuturan penjagaan Allah yang demikian jelas
memalingkan seseorang untuk berfikir secara ber-kepanjangan tentang hal-hal yang
berada di balik tabir-tabir rahasia pribadi suami istri. Yakni, hal-hal yang
tersembunyi dan rahasia, untuk dialihkan pada pengawasan Allah Azza wajalla.
Penghormatan yang diberikan kepada kaum wanita melalui kesaksian Allah tersebut
di atas, di-maksudkan agar mereka tetap terjaga dari jamahan tangan-tangan kotor,
pan-dangan mata jahil, atau pergunjingan, di saat sua-mi mereka tidak berada di
rumah, melalui bujukan, rayuan berupa lembaran-lembaran uang, mobil mewah,
rumah indah atau beberapa kerat roti.
Jadi, wanita-wanita shalihah ialah wanita yang menjaga harta dan kehor-matan
dirinya ketika su-aminya tidak di rumah, sebagaimana Allah telah menjaga mereka.
Itulah yang menjadi sifat shalihah kepada mereka. Sebab se-orang wanita yang shalihah
akan selalu men-dapat pengawasan dari Allah Swt, dan ketakwaan yang
mereka miliki me-nyebabkan mereka bisa menjadi wanita-wanita yang terpelihara
dari sifat khianat dan mampu men-jaga amanat.
Oleh karena itulah yang dimaksud dengan Wanita Shalihah dalam ayat di atas adalah
mereka yang selalu taat kepada Allah Swt, Rasul Nya, suaminya dan tidak memperturutkan
hawa nafsu-nya dalam hidup harian-nya. Apabila dikaitkan arti ayat yang
disebutkan di atas tepat sekali untuk menggambarkan ihwal kaum wanita masa kini
yang senang membeberkan rahasia-rahasia rumah tangga sendiri, atau rumah tangga
orang lain (gosip wanita sinetron) dan tidak bisa menjaga harta dan kehormatan
dirinya mana-kala suami mereka tidak berada di rumah bukanlah termasuk dalam
koridor wanita shalihah.
Jangan seperti khad-rau’uddiman, seperti yang sering ditayangkan infotai-ment tv,
mengumbar segala aurat keluarga sehingga orang jijik mendengarnya. Jika diamati
dengan seksama keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa isteri yang
shalihah mempunyai karakter se-bagai berikut:

1. Menaati Allah dan Rasul Nya
Dengan ketaatannya itulah sebagai aset terbesar baginya untuk meraih ganjaran
tertinggi sebagai buah dari ilmu dan iman-nya. Yaitu surga yang pe-nuh dengan
kenikmatan, dia kekal didalamnya se-lama-lamanya. Allah Swt. berfirman:|
(Hukum-hukum ter-sebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang-siapa
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah me-masukkannya kedalam syurga
yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan
itulah kemenangan yang besar. (Qs. An Nisaa’, 4: 13)

Firman Allah lagi: Dan barangsiapa yang men-taati Allah dan Rasul(Nya), mereka
itu akan bersama-sa-ma dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Qs. An Nisaa’, 4: 69)

Abu Hurairah ra ber-kata, Rasulullah Saw ber-sabda: Semua ummatku akan masuk
surga kecuali yang enggan (tidak mau). Para sahabat bertanya: Siapakah yang
enggan itu wahai Rasulullah? Beliau men-jawab: Barang siapa yang ta’at kepadaku
(mengikuti Sunnahku), dialah yang akan masuk surga, dan barang siapa yang
mendurhakaiku, maka dialah yang yang enggan masuk surga. (HR Bukhari)
Maka demikian pula seorang wanita atau isteri, dia akan masuk surga de-ngan
menaati Allah dan Rasul-Nya dengan se-benar-benarnya.

2. Menaati Suami
Ketaatan kepada suaminya merupakan pintu keselamatan baginya untuk meraih
kenikmatan yang kekal dan abadi di surga. Rasulullah Saw bersabda:
Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di
bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada
suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu
suka. (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasa-nya Asma datang kepada Nabi dan
berkata: Sesung-guhnya aku adalah utusan dari kaum wanita Muslim, semua mereka
berkata dan berpendapat sebagaimana aku Wahai Rasulullah, se-sungguhnya Allah
telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita, kami telah beriman kepadamu dan
mengikutimu, (namun) ka-mi kaum wanita merasa dibatasi dan dibelenggu. Padahal
kamilah yang me-nunggu rumah mereka, tempat menyalurkan nafsu mereka, kamilah
yang mengandung anak-anak mereka, sedang mereka dilebihkan dengan sholat
berjamaah, menyaksikan jenazah dan berjihad di jalan Allah.
Dan apabila mereka ke luar berjihad, kamilah yang menjaga harta me-reka dan
kamilah yang me-melihara anak-anak me-reka, maka apakah kami tidak
mendapatkan bagian pahala mereka wahai Rasulullah? Maka ber-palinglah
Rasulullah ke-pada para sahabatnya dan bertanya: Apakah tadi ka-mu sudah
mendengar pertanyaan sebaik itu dari seorang perempuan ten-tang agamanya?
Mereka menjawab: Ya, Demi Allah wahai Rasulullah, kemu-dian beliau bersabda:
Pergilah engkau wahai Asma dan beritahukanlah kepada wanita-wanita yang
mengutusmu bahwa layanan baik salah seorang kamu kepada suaminya, meminta
keridhaannya dan menuruti kemauannya menyamai (pahala) amal-an laki-laki yang
engkau sebutkan tadi. Maka Asma pun pergi sambil bertahlil dan bertakbir karena
gem-biranya dengan apa yang diucapkan Rasulullah ke-padanya. (Al Istii’aab, Ibnu
’Abd al Bar)
Dari Ibnu Abbas ra ia berkata, wakil wanita ber-kata: Wahai Rasulullah, saya wakil
dari kaum wanita untuk berjumpa denganmu. Sesungguhnya jihad hanya diwajibkan
atas kaum laki-laki saja, sekiranya mereka menang mereka memperoleh pahala dan
sekiranya mereka terbunuh, maka mereka senantiasa hidup dan diberi rizki di sisi
Rabb mereka. Sedangkan kami golongan wanita menjalankan tugas (berkhidmat)
untuk mereka, maka adakah bagian kami dari yang tersebut? Maka Rasulullah
menjawab, Sam-paikanlah kepada siapa saja dari kaum wanita yang eng-kau temui,
bahwa taat kepada suami dan mengakui hak sua-mi adalah menyamai yang demikian
itu, dan amat sedikitlah di antara kamu yang mampu melaksana-kannya. (HR al
Bazzar)

3. Melayani Suami
Sebagian isteri sangat taat kepada suaminya, tapi kurang pandai melayani suami
dengan sebaik-baik-nya. Maka jika taat kepada suami dan pandai melayaninya, hal
itu merupakan kemuliaan tersendiri yang mengangkat derajatnya meraih
keselamatan di dunia dan akhirat.
Ummu Salamah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: Tiap-tiap isteri yang mati diridhai oleh 
suaminya, maka ia akan masuk surga. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata, Mu’adz di-utus ke Yaman atau Syam dan dia
melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada pembesar-pem-besar dan kepada
pendeta-pendetanya. Maka beliau berkata dalam hatinya sesungguhnya Rasulullah
lebih layak untuk di-agungkan (daripada me-reka). Maka tatkala ia da-tang kepada
Rasulullah ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat orang-orang
Nashrani bers-ujud kepada pembesar-pem-besar dan kepada pendeta-pendetanya,
dan aku berkata dalam hatiku sesungguhnya engkaulah yang lebih layak untuk
diagungkan (daripada mereka) lalu beliau bersabda:
Andaikata aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sungguh 
akan kuperintahkan isteri bersujud kepada suaminya dan seorang isteri belum dikatakan menunaikan kewajibannya terhadap Allah sehingga menunaikan ke-wajibannya terhadap 
suami seluruhnya, sehingga andaikan (suaminya) memerlukannya di atas kendaraan,
sungguh ia tidak boleh me-nolaknya. (HR Ahmad)

4. Menjaga Kehormatan Diri
Ciri keempat inilah yang merupakan kunci dari keshalihan seorang isteri yang berada
di bawah pengawasan suaminya yang shalih. Lelaki yang memiliki isteri dengan karakteristik
seperti ini berarti telah memiliki harta simpanan yang terbaik.
Dari Abu Umamah ra, dari Nabi Saw beliau ber-sabda: Tidak ada yang paling
bermanfaat bagi se-orang (lelaki) Mukmin se-su-dah bertaqwa kepada Allah daripada
memiliki isteri yang shalihah, yaitu jika ia di-perintah ia taat, jika ia dipandang
menyenangkan hati, dan jika ia digilir ia tetap berbuat baik, dan jika ia ditinggalkan
(suaminya) ia tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya. (HR Ibnu Majah)

Dari Ibn Abbas ra Rasulullah Saw bersabda: Ada empat perkara siapa yang
memilikinya berarti mendapat kebaikan di dunia dan akhirat, yaitu hati yang
bersyukur, lisan yang selalu berzikir, tubuh yang bersabar ketika ditimpa bala
bencana (musibah) dan isteri yang tidak menjerumuskan suami-nya dan merusakkan
harta bendanya. (HR Thabrani dengan isnad Jayyid).

Wanita paling baik ada-lah wanita (isteri) yang apabila engkau meman-dangnya
menggembirakan-mu, apabila engkau menyu-ruhnya dia pun menaati, dan apabila
engkau pergi dia juga memelihara dirinya dan menjaga hartamu. (HR Abu Dawud.
Derajat hadits oleh al Hakim dinyatakan shahih).
Semoga para akhwat mampu memiliki karakter tersebut sehingga melayak-kannya
mendapat pahala yang telah dijanjikan Allah Swt. Mereka menjadi par-tner dalam
perjuangan fi sabilillah, dan menjadi pendamping setia dikala suka dan duka bersama
suami yang dicintainya. Amien Ya Rabbal Alamin.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Kolonialisme Di Sektor Pertambangan


Jumat, 30 September 2011 | Editorial Berdikari Online

Pada saat revolusi Agustus masih berkobar, rakyat Indonesia berhasil
merebut sejumlah perusahaan milik Belanda, termasuk perusahaan
pertambangan. Di ladang-ladang minyak, muncul perusahaan yang
diorganisasikan oleh pejuang republik, yang sering menyebut dirinya
"laskar minyak".

Itulah cikal-bakal berdirinya Perusahaan Minyak Indonesia (Permiri) di
Sumatera Selatan, Perusahaan Minyak Negara Republik Indonesia (PMNRI) di
Sumatera Utara, dan Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN) di Jawa
Tengah.

Itu hanya secuil kisah tentang bagaimana kehendak revolusi agustus, juga
semangat seluruh rakyat Indonesia, berusaha mengakhiri praktek
kolonialisme di lapangan ekonomi. Meskipun semangat itu menemui banyak
kendala, bahkan perusahaan yang sudah direbut berakhir macet, tetapi ada
hal yang tak dapat dibantah: rakyat tak menghendaki kolonialisme
merampok kekayaan alam kita.

Tetapi semangat itu benar-benar berhenti pada tahun 1967. Saat itu,
Soeharto, setelah membuat perjanjian khusus dengan para kolonialis di
Jenewa, segera membuka pintu bagi modal asing di berbagai sektor ekonomi
di dalam negeri. Salah satunya kehadiran PT. Freeport di Papua.

PT. Freeport melakukan penambangan di dua kawasan, yaitu tambang
Ertsberg (dari 1967 hingga 1988) dan tambang Grasberg (sejak 1988).
Konon, sejak tahun 1968 hingga sekarang pertambangan itu telah
mengasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas. Kalau
diuangkan dalam bentuk rupiah: taruhlah harga emas Rp300.000/gram, maka
724.700.000.000.000 gram x Rp300.000= Rp 217.410.000.000.000.000.000
atau Rp217.410 biliun.

Apakah Indonesia mendapat untung? Tidak. Menurut Surjono H. Sutjahjo,
dari Fakultas Pertanian IPB, prosentase bagi hasil antara pihak
Indonesia dan pihak PT. Freeport sangat tidak adil: Indonesia mendapat
1% dan Freeport mendapatkan 99%.

Rejeki nomplok Freeport belum berakhir di situ. Ketika emas dan tembaga
di kawasan itu mulai menipis, tetapi di bawahnya, tepatnya di kedalaman
400 meter, ditemukan kandungan uranium. Uranium punya harga seratus kali
lebih mahal dari emas.

Nasib buntung juga dirasakan Indonesia saat sejumlah ladang minyak
dikuasai oleh perusahaan Shell (Belanda). Pada tahun 2005, misalnya,
pendapatan Shell di Indonesia mencapai US$ 178 miliar (Rp 1.600
triliun), sementara Pertamina hanya mendapat untung sebesar Rp 322
triliun. Keuntungan Shell itu bahkan melebihi anggaran APBN Indonesia
pada saat itu yang berjumlah Rp 463,3 triliun (kalau tidak salah).

Tetapi bukan cuma penerimaan negara yang cekak. Terdapat puluhan
perusahaan-perusahaan asing yang menunggak pajak, dan itu dilakukan
selama lima kali pergantian Menteri Keuangan.

Perlu kami tambahkan pula, pekerja Indonesia di perusahaan-perusahaan
asing terkadang tidak mendapat perlakuan yang wajar. Mereka sering
mendapat perlakuan diskriminatif, sehingga upah atau kesejahteraan
mereka lebih murah ketimbang pekerja asing.

Ada benarnya apa yang pernah dikatakan Bung Karno 81 tahun silam,
tepatnya ketika menyampaikan pidato pembelaan di hadapan pengadilan
kolonial, bahwa kolonialisme dan imperialisme hanya butuh empat hal:
bahan baku, pasar untuk barang-barang mereka, tempat penanaman modal,
dan tenaga kerja murah.

Tetapi, pada tanggal 1 Juni 2011 lalu, saat peringatan lahirnya
Pancasila, Presiden SBY sudah mengeluarkan janji mahal: renegosiasi
semua kontrak pertambangan yang merugikan bangsa Indonesia.

Kita belum tahu seperti apa janji itu dijalankan. Kita juga belum tahu
apakah pemerintah sudah membentuk panitia atau tim kerja khusus untuk
urusan itu. Bahkan, kita tidak pernah dengar seperti apa kemajuan
rencana itu, dan perusahaan mana saja yang setuju dan tidak setuju
dengan renegosiasi.

Akan tetapi, dalam keyakinan kami, sepanjang proses renegosiasi ini
tidak melibatkan partisipasi rakyat, maka isu renegosiasi hanya akan
menjadi "pintu baru" untuk kongkalikong antara pemerintah
Indonesia dan perusahaan asing. Sebab kami tahu betul watak dan mental
pemerintah Indonesia yang sangat inlander itu.

Padahal, semua itu tidak perlu terjadi jikalau saja pemerintah setia dan
mau menjalankan konstitusi dengan benar, khususnya pasal 33 UUD 1945.

Anda dapat menanggapi Editorial kami di: redaksiberdikari@yahoo.com

http://berdikarionline.com/editorial/20110930/kolonialisme-di-sektor-per\
tambangan.html

<http://berdikarionline.com/editorial/20110930/kolonialisme-di-sektor-pe\
rtambangan.html
>