Jumat, 23 Juli 2010

Gelorakan Semangat, Songsong Ramadhan

Oleh: Ulis Tofa, Lc


dakwatuna.com - Allah swt berfirman, “Dan Saya tidak menciptakan jin
dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku.” Adz Dzariat:56

Ya, inilah tujuan diciptakan setiap manusia. Yaitu, melaksanakan tugas
ibadah hanya pada Allah swt. saja. Menyembah Tuhan, Pencipta langit
tujuh tanpa atap. Pencipta manusia dengan struktur unik. Pembuat alam
raya untuk manusia.

Manusia dijadikan saling mengisi, memimpin, memerintah dan melayani
sepanjang masa. Semua itu, adalah dalam rangka mewujudkan tujuan besar
ini. Karena itu, ibadah kepada Allah swt. membutuhkan semangat yang
menggelora, dan kesungguhan yang hebat sesuai dengan tujuan besar ini.

Semangat Menggelora…. Kenapa?

Kenapa dibutuhkan semangat yang menggelora untuk beribadah kepada Allah swt.?

Pertama, karena beribadah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban
syari’ah adalah amanah besar, yang justeru langit, bumi dan gunung
enggan menerima amanah besar ini.

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Al
Ahzab: 72

Semangat menggelora boleh jadi mampu menundukkan tinggi dan luasnya
langit. Mengalahkan tegarnya gunung. Mengalahkan hamparan bumi.

Kedua, karena ibadah lebih luas dari sekedar rukun Islam dan sebagian
syi’ar Islam yang biasa. Oleh karena itu, mustahil bagi Allah swt.
hanya menciptkan makhluk dan mengutus kepada mereka para Rasul. Allah
swt. membinasakan suatu kaum dan mengangkat nasib sebagian yang lain.
Allah swt. menciptkan surga dan neraka sebagai balasan. Panji-panji
dikibarkan untuk mewujudkan peribadatan. Seluruh makhluk ditundukkan
untuk manusia. Itu semua dalam rangka meletakkan rekaat shalat dan
shaum Ramadhan saja. Tidak, makna ibadah lebih luas dan lebih
menyeluruh dari itu semua. Ibadah itu, sebagaimana yang dikenalkan
syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah rahimahullah:

“اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة”

“Setiap istilah yang menyeluruh, terkait setiap yang dicintai Allah
dan diridhoi-Nya, baik bentuk ucapan, perbuatan, yang nyata atau yang
tersembunyi.”

Karena itu, setiap upaya mendamaikan antara dua orang adalah ibadah.
Membiayai anak yatim atau mengelus kepala mereka adalah sama-sama
ibadah. Memberi nasehat adalah ibadah. Membuang sampah pada tempatnya
atau menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah. Tidak menyakiti
hewan adalah ibadah. Mendidik anak sesuai dengan syari’ah Allah adalah
ibadah. Suatu yang boleh akan menjadi bernilai ibadah dengan niat yang
benar dan baik. Maka mahasiswa yang study dengan sungguh-sungguh untuk
khidmat umat muslim adalah ibadah. Profesional atau pekerja yang
sungguh-sungguh mencari rizki halal adalah ibadah. Bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, berderma untuk diri dan orang lain adalah
ibadah.

Jika makna dan kandungan ibadah begitu luas, maka sudah barang tentu
melaksanakan ibadah itu membutuhkan semangat menggelora, sebanding
dengan luasnya makna dan kandungan ibadah itu sendiri.

Ketiga, banyaknya rintangan, kendala dan kesibukan. Baik dari internal
maupun dari eksternal manusia.

Karena itu, jiwa yang cenderung bermalasan dan berleha-leha tidak
mungkin mampu melaksanakan kewajiban ibadah yang sangat luas ini. Apa
lagi, ada setan yang senantiasa menyelewengkan manusia dari jalur
ibadah. Ada juga lingkungan yang mempengaruhinya, himpitan ekonomi dan
masalah sosial. Begitu juga dengan godaan-godaan dan rayuan-rayuan
yang melenakan lainnya.

Dari itu, tidak bisa tidak, harus ada semangat yang menggelora dan
kesungguhan yang kuat.

Apa Itu Semangat Menggelora

Semangat menggelora tidak hanya diartikan menguras potensi untuk
bekerja atau beribadah. Ini salah satu ruang lingkup semangat
menggelora. Ada bentuk lain, di antaranya:

Pertama, berusaha melaksanakan amal shaleh dan konsisten
melaksanakannya, meskipun hanya sedikit. Rasulullah saw. bersabda,

“” أحب العمل إلى الله أدوم وإن قل ”  [صححه الألباني]

“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan meskipun
sedikit.” Hadits disahihkan Al Albani.

Kesinambungan dalam beramal meskipun sedikit menunjukkan adanya
semangat menggelora bagi pelakunya. Karena tabiat jiwa bosan rutinitas
dan lebih cenderung memilih perubahan. Karena itu, Rasulullah saw.
bersabda kepada Abdullah bin Amr ra. “Wahai Abdullah, kamu jangan
seperti fulan. Ia melaksanakan qiyamullail, kemudian meninggalkannya.”
Muttafaqun ‘alaih. Seakan-akan Rasulullah saw. mencela orang yang
meninggalkan amal setelah sebelumnya sudah terbiasa melaksanakannya.

Kedua, itqanul ibadah. Ibadah dengan maksimal. Tentu ini membutuhkan
semangat menggelora. Contohnya, ada orang yang bisa shalat satu rakaat
dengan baca sepertiga juz. Namun susah untuk mentadabburi makna yang
dibacanya, padahal jika ia mampu memahami kandungan ayat yang
dibacanya, ia mampu lebih lama lagi membaca ayat dalam shalat tanpa
rasa capek.

Begitu juga shaum, banyak orang yang bisa menaham makan, minum, dan
hubungan biologis, namun sangat sulit mengendalikan lisannya dari
ghibah, menaham pandangannya dari melihat yang haram. Dari dua contoh
ini, menunjukkan bahwa pelaku ibadah belum mampu melaksanakan ibadah
dengan baik dan sempurna.

Ketiga, menjaga ibadah pada saat-saat malas atau futur. Dalam kondisi
seperti ini membutuhkan semangat menggelora. Karena futur adalah sifat
manusiawi dan tabiat wajar. Rasulullah saw. bersabda,

“”لكل عمل شره، ولكل شره فترة ”  [صححه الألباني]

“Setiap amal ada jeleknya. Dan setiap kejelekan amal adalah futur.”
Disahihkan Al Albani.

Pada saat futur sangat membutuhkan kesungguhan dan semangat kembali.

Keempat, melaksanakan ibadah dengan memperhatikan kewajiban-kewajiban
yang lain. Ini tentu membutuhkan kesungguhan dan semangat menggelora.
Bahwa hak-hak dan kewajiban-kewajiban sangatlah banyak. Apalagi ia
seorang pekerja, pelajar dan pengusaha…, maka: adakalanya ia kurang
dalam hak suatu ibadah, karena ingin mengejar hak ibadah yang lain..
Atau ia memiliki semangat yang mampu menggabungkan antara dua hal ini.
Lebih lagi, jika ia mengetahui bagaimana caranya mensikapi suatu
ibadah; sehingga bisa bernilai mubah, ibadah dan berpahala.

Tujuh Semangat Ramadhan

Kalau ibadah begitu luas dan menyeluruh di hari-hari biasa, bagaimana
jika ibadah itu dilaksanakan pada hari-hari yang mulia, mahal dan
istimewa. Adalah hari-hari di bulan Ramadhan. Tentu kebaikan dan
kemuliaannya jangan sampai sia-sia. Di sinilah dibutuhkan semangat
menggelora dan kesungguhan sebenarnya.

Paling tidak ada tujuh semangat guna menyambut Ramadhan.

Pertama, meninggalkan dosa dan maksiat. Karena perbuatan ini
melemahkan semangat dan melumpuhkan tekad. Imam Syafi’i pernah mengadu
pada gurunya:

شكوت إلى وكيع سوء حفظي            فأرشدني إلى ترك المعاصي

وقال اعلم بأن العلم نور                    ونور الله لا يهدى لعاصي

Ku mengadu pada Waki’ (nama gurunya) soal hafalanku yang jelek

Ia menyarankanku untuk meninggalkan maksiat

Ia berkata, ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya

Dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada pelaku maksiat

Kedua, berteman dengan orang yang mempunyai semangat tinggi dan
kesungguhan berlebih. Rasulullah saw. bersabda,

“” الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل ” [حسنه الألباني]

“Seseorang tergantung agama temannya. Oleh karena itu hendaknya ia
melihat siapa temannya.” Disahihkan Al Albani.

Menjadikan mereka sebagai teman karena Allah adalah ibadah. Cukuplah
sebagai contoh, seekor anjing yang juga akhirnya dimuliakan gara-gara
dia menemani orang-orang pilihan.

Ketiga, yakin dengan kemampuan diri sendiri. Karena Allah swt. yang
menentukan kapasitas dan potensi masing-masing, sehingga manusia
menjadi dirinya sendiri. Bagaimana tidak meledakkan kekuatan dalam
diri sendiri, padahal alam maya pada ini ditundukkan untuk manusia.
Manusia menguasinya.

Keempat, memperbanyak membaca keutamaan bulan agung ini. Membaca janji
Allah swt. bagi shaaimin, qaaimin dan dzaakirin.

Kelima, mengenal kondisi salafus shalih dalam bulan Ramadhan.
Bagaimana mereka menyambut Ramadhan. Bagaimana mereka memperlakukan
dan Ramadhan dalam kehidupan mereka.

Keenam, menuliskan target yang ingin dicapai di bulan Ramadhan.
Contohnya, berapa mengkhatamkan Al Qur’an, bersedekah, memberi makan
untuk berbuka.

Ketujuh, menulis program kerja di sisa bulan Sya’ban ini. Program
ibadah yang bertahap, sederhana, meningkat dan meningkat, sehingga
menjadikan anggota tubuh sudah terbiasa dengan ibadah Ramadhan.

Contoh program yang perlu dilaksanakan pada bulan Sya’ban ini:

  1. Membaca setengah juz sehari di awal Sya’ban, dan satu juz sehari
di separuh Sya’ban kedua.
  2. Melaksanakan qiyamullail dua rekaat dan satu witir.
  3. Bersedekah dua kali dalam satu pekan, dengan nilai tertentu.
  4. Memberi makan fakir-miskin sekali dalam sepekan, sesuai kemampuan.
  5. Membiasakan shaum Senin dan Kamis, dengan menjahui shaum pada
hari yang meragukan.
  6. Mengikuti dan mengantarkan jenazah setiap satu pekan.
  7. Menjaga dzikir selesai shalat dan dzikir pagi dan petang.
  8. Memelihara shalat lima waktu berjama’ah di masjid.
  9. Melaksanakan shalat sunnah rawatib yang mu’akkad (sangat
dianjurkan), seperti, dua rakaat sebelum fajar, dua rakaat ditambah
dua rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelah Zhuhur, dua rakaat
setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya’.

Kita memohon kepada Allah swt, agar menuntun kita pada amal yang
dicintai dan diridhai-Nya. Agar Allah swt. menguatkan semangat kita,
dan meninggikan keinginan kita. Agar Allah swt. menyampaikan kita
menemui Ramadhan. Dan agar Allah swt. menjadikan kita sebagai
orang-orang yang diterima amal ibadahnya. Amin. Allahu a’lam

http://www.dakwatuna.com/2008/gelorakan-semangat-songsong-ramadhan/

Tidak ada komentar: