Jumat, 23 Juli 2010

Mencari Pemimpin Inspiratif

Kita hidup dalam sebuah situasi dimana partisipasi politik sudah sangat
menurun, terutama dalam sepuluh tahun terakhir, sedangkan pada saat
yang sama tumbuh sentimen ketidakpercayaan terhadap partai politik dan
politisi. Kita menamai proses atau kecenderungan ini sebagai krisis
politisi dan institusi politik.

Sejak pemerintah menjadikan neoliberalisme sebagai "pandangan
hidup" dan dasar kebijakan politiknya, maka sebagian besar rakyat
telah dilemparkan keluar dari kehidupan politik secara umum. Penguasa
telah menjadi entitas terpisah dari rakyat, apparatus negara telah
menjadi musuh dari rakyat, dan Undang-undang telah menyakiti hak-hak
sosial, ekonomi, dan politik rakyat.

Dalam situasi demikianlah rakyat Indonesia mulai patah arang, bahwa
tiada lagi sosok pemimpin yang dapat diharapkan, dan jalan untuk
perubahan atau perbaikan nasib telah tertutup sangat rapat. Di
pemerintahan nasional, setelah 12 tahun proses penjatuhan rejim
Soeharto, tidak satupun kepemimpinan nasional yang sanggup melakukan
perbaikan nasib rakyat dan memberikan arah perubahan.

Namun, di balik kesulitan-kesulitaan dan ketiadaan alternatif itu,
situasi politik lokal justru menjanjikan dinamika politik baru;
kelahiran pemimpin lokal yang sanggup membuat gebrakan perubahan. Jumlah
mereka memang sangatlah kecil, dan pemberitaan atau informasi mengenai
mereka pun sangat minimal.

Dalam catatan kami, ada beberapa orang bupati atau kepala daerah yang
telah anomali dari situasi itu, diantaranya Untung Wiyono (Sragen), I
Gede Winasa (Jembrana), David Bobihu Akib (Gorontalo), Rustriningsih
(Kebumen), Endang Setyaningdyah (Demak), Suyanto (Jombang), dan masih
banyak lagi.

Keberhasilan mereka tidak kalah dengan prestasi serupa di Kerala
(India), Rio Grande Sul (Brazil) Montevideo (Uruguay), dan sebagainya.
Di Sragen, sang Bupati Untung Wiyono berhasil melakukan sejumlah
terobosan penting, diantaranya, membangun jalan-jalan dan jembatan yg
menghubungkan desa-desa dengan perkotaan, mengubah lahan tidak produktif
menjadi produktif, dan menyalurkan kredit bagi rakyat.

Selain itu, Untung Wiyono juga berhasil menciptakan pelayanan perizinan
satu atap dengan pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu (KPT), program
e-government (sistem online antarsatuan kerja, kecamatan, desa), dan
program "Homeschooling", dimana si anak tidak harus datang ke
sekolah, tapi cukup membaca modul yg bisa di download ke Cellphone
ataupun lewat komputer di kantor kelurahan.

Prestasi serupa juga ditunjukkan Bupati Jembrana, I Gede Winasa, yang
sangat dikenal dengan program pendidikan gratisnya. Demikian pula
dengan Rustriningsih di Kebumen, Endang Setyaningdyah di Demak, dan lain
sebagainya.

Keberhasilan mereka tentu tidak jatuh dari langit, melainkan lahir dari
sebuah pendekatan, kerja keras, dan keberpihakan dalam merumuskan
kebijakan.

Ketika baru dilantik sebagai bupati, Untung Wiyono menjelaskan, ia
berhadapan dengan situasi yang sangat sulit, seperti angka kemiskinan
yang sangat tinggi, jumlah pengangguran yang besar, dan masyarakat yang
hampir kehilangan harapan. Selain menggunakan spanduk bertuliskan
"orah obah, orah mamah" di berbagai pelosok kampung, dia pun
menggunakan seni pewayangan untuk menarik partisipasi rakyat untuk
bergerak dan membangun.

Rustriningsih juga berhasil membangun komunikasi yang efektif dengan
rakyatnya. Dia mengajak warganya berpartisipasi aktif melalui dialog
interaktif seperti Selamat Pagi Bupati (SPB), dimana dia berkonsultasi
langsung dan mengajak rakyat untuk mencari solusi pemecahan terhadap
masalahnya.

Dengan melihat sepak-terjang para bupati itu, kita seolah-olah bertemu
dengan secercah harapan; bahwa kita bisa mengubah situasi yang tidak
mungkin hari ini untuk menjadi mungkin di hari esok.

Di Brazil, setelah partai Buruh berhasil melakukan eksprimen di
sejumlah kota, mereka pun segera memanjat kekuasaan nasional dan
berhasil. Ini menjadi penting bagi diskusi kaum pergerakan, untuk
menjadikan pemerintahan lokal sebagai basis pijakan untuk menunjukkan
kepada rakyat, bahwa mereka sanggup melakukan perubahan di lokal dan
nasional.

Tidak ada komentar: