Selasa, 06 Juli 2010

Selamat Tinggal Century, Selamat Datang Kenaikan Harga!





Selasa, 6 Juli 2010 | Editorial
Sanggahan institusi hukum di Republik Indonesia bahwa kasus Century
tidak bermasalah, dengan tambahan backing dari presiden membuat DPR
menjadi kehilangan kewibawaan. Kasus-kasus baru yang muncul pasca
Century hanya akan mempercepat lupanya publik akan akhir dari
penyelesaian kasus Century. Rakyat banyak yang sudah kebingungan dengan
simpang-siurnya kasus, opini , dan isu tampak mulai memilih untuk
melupakan kasus Century, lagi pula saat ini mereka sedang ditindas oleh
persoalan neolib yang baru, yaitu kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL).
Kenaikan TDL akan memicu kenaikan harga hampir seluruh barang yang
dibutuhkan rakyat. Seluruh komoditas di pasar-pasar trasidional seperti
cabe, bawang putih, dan beras menunjukkan peningkatan harga yang sangat
signifikan. Upaya liberalisasi dalam sektor kelistrikan nasional ini,
disaat proses pelistrikan di seluruh daerah belum mencakup seluruh
wilayah nusantara dengan kualitas yang memadai (tidak byar pet) adalah
sikap politik pra elite negara ini yang ternyata lebih berpihak kepada
korporasi ketimbang kesejahteraan rakyat. Sebuah surat kabar beberapa
hari yang lalu memprediksi akan ada peningkatan pengangguran sejumlah
1,7 juta jiwa dikarenakan oleh hancurnya industri kecil dan menengah
akibat naiknya TDL. Sementara itu, wapres Boediono dan Menteri ESDM
Darwin Zahedi pelan-pelan tapi pasti telah menyetujui pelepasan 70-80%
produksi gas blok Donggi/Senoro kepada kepentingan ekspor. Hanya 20-30%
yang diperuntukkan untuk memenuhi keutuhan gas untuk produksi listrik
dalam negeri. Hal ini adalah sebuah agenda sistemik berikutnya yang tak
kalah hebatnya dengan kasus Century.
Boediono adalah target selanjutnya (setelah Sri Mulayani terusir) dari
kasus Century, ini diperkuat oleh vonis politik DPR lewat opsi C. Jika
vonis politik ini tidak diperjuangkan oleh DPR, maka rakyat dapat
menjustifikasi DPR tidak bertanggung jawab atas rekomendasinya sendiri.
Kemunginan besar hal ini terjadi setelah kemunculan Sekretariat Gabungan
(setgab), sebuah koalisi yang dibangun untuk mempetieskan kasus Century
sekaligus stabilisasi rezim neoliberal sampai 2014. Dibalik setgab
(baca: koalisi jahat) inilah Boediono kini berlindung. Mengucapkan
selamat tinggal pada Skandal Century sama saja membiarkan Boediono
selamat.
Pelajaran untuk rakyat adalah rakyat dapat lebih apresiatif terhadap
partai-partai politik yang konsisten memperjuangkan kasus Century
seperti PDIP, Hanura, dan Gerindra. Sebaliknya rakyat tidak akan memilih
partai yang inkonsisten atau abu-abu seperti partai-partai di dalam
Setgab. Kita lihat juga_dalam hal mereson kenaikan harga_hampir tidak
ada partai yang berposisi untuk memihak rakyat, kecuali PDIP. Akan baik
jika partai politik di luar Setgab lebih membuka diri terhadap peluang
persatuan nasional dengan kelompok-kelompok gerakan ekstra parlemen.
Jika ada teman di dalam parlemen, gerakan yang turun ke jalan akan lebih
beringas "menyambut" (baca: menolak) datangnya kenaikan harga.
Anda dapat menanggapi editorial kami di: redaksiberdikari@yahoo.com
http://papernas.org/berdikari/index.php?option=com_content&task=view&id=\
1006&Itemid=44

Tidak ada komentar: