Dahulu kala hiduplah dua sahabat yaitu
dua kurcaci dan dua tikus. Setiap hari mereka berkeliaran dalam labirin
mencari keju yang lezat. Para tikus menggunakan metode trial and error,
masuk ke satu lorong dan segera berpindah ke tempat lain sampai mereka
menemukan keju. Berbeda dengan kedua kurcaci yang menggunakan kemampuan
berpikir mereka untuk menemukan keju yang dimaksud.
Suatu hari
terjadi hal yang mengejutkan. Kejunya ternyata sudah habis. Kedua tikus
sadar bahwa situasi sudah berubah, karena itu tanpa membuang waktu,
mereka memutuskan untuk berubah juga. Segera mereka mengangkat hidung,
mengendus, dan berlari ke labirin yang lain untuk menemukan keju yang
baru.
Tidak
demikian halnya dengan kedua kurcaci. Mereka tak siap menghadapi
kenyataan ini. Alih-alih mengambil tindakan, mereka berteriak-teriak,
berkacak pinggang dan mengomel berkepanjangan. "Ini tidak adil. Siapa
yang memindahkan keju kita?" Temannya menjawab, "Ini kecerobohanmu,
kalau saja kamu memperhatikan bahwa persediaan keju kita semakin
menipis, hal ini tak mungkin terjadi!"
Mereka pun mulai
menganalisa. "Pasti ada orang jahat yang hendak mempermainkan kita. Kita
harus mencari tahu." Berhari-hari mereka mendiskusikan masalah ini,
tapi kejunya tak kunjung tiba. Kini
mereka benar-benar merasa lemas dan tak bertenaga.
Cerita
menarik dari Spencer Johnson tersebut amatlah tepat menggambarkan
kondisi bangsa kita. Kelakuan kita memang mirip kurcaci. Kini krisis
telah masuk tahun kelima tapi situasi belum
membaik. Yang membuat suasana makin runyam sebenarnya bukanlah krisis itu sendiri, tetapi respon kita terhadap krisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar