Assalamu'alaikum wr wb,
Kemandirian Ekonomi
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu
najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini.
Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu
kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At Taubah:28]
Dengan menguasai Bank Sentral Keluarga Rothschild mencetak kertas tak
berharga jadi dollar yang dipakai untuk membeli BUMN2 dan Kekayaan Alam
Negara Berkembang seperti Indonesia. Mereka dielu2kan sebagai "Investor
Asing",,,:)
Baru-baru ini Keluarga Rothschild, Nathaniel Rothschild, dengan
perusahaan Vallar PLC membeli saham Bumi Resources yang menguasai
tambang batubara di Kalimantan Timur:
http://www.detikfinance.com/read/2010/11/16/151109/1495676/6/bakrie-go-international-bersama-rothschild
http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/11/18/brk,20101118-292518,id.html
Kaum Yahudi di Palestina membantai muslim di Palestina. Lobby Yahudi
(dipimpin Paul Wolfowitz arsitek perang Iraq) juga menggunakan tentara
AS untuk membantai Muslim di Iraq dan di Afghanistan.
Di Indonesia mereka "cuma" menguras kekayaan alam Indonesia dan memberi
cuma receh kecil (contohnya Freeport cuma memberi royalti emas dan perak
1% saja untuk rakyat Indonesia). Itulah sebabnya kenapa rakyat
Indonesia miskin dan kaum Yahudi AS sangat kaya.
Mohon dicopy-paste di blog masing-masing dan sebarkan ke berbagai milis
agar penghisapan oleh kapitalis Yahudi AS terhadap bangsa Indonesia bisa
dihentikan.
http://kabarislam.wordpress.com/2010/11/18/sejarah-keluarga-rothschild-bank-inggris-dan-the-federal-reserve/
Sejarah Keluarga Rothschild, Bank Inggris, dan The Federal Reserve
Rothschild adalah dinasti Yahudi Bavaria (Jerman) yang memiliki arti
sebagai “Tameng Merah”. Dalam bahasa Inggris disebut “Red-Shield”.
Dinasti Rothschild yang melegenda dan sangat berkuasa hingga kini
berawal dari sejarah Eropa di abad ke-18 Masehi dengan kelahiran seorang
bayi Yahudi Jerman yang kemudian diberi nama Mayer Amshell Bauer. Mayer
Amshell Bauer lahir di tahun 1743 di sebuah perkampungan Yahudi di
Frankfurt, Bavaria. Ayahnya bernama Moses Amschell Bauer yang bekerja
sebagai rentenir dan tukang emas yang berpindah-pindah dari suatu tempat
ke tempat lain, dari kota yang satu ke kota lainnya.
Bakat Moses sebagai rentenir kelak akan diteruskan dan dikembangkan oleh
anak-cucunya. Kelahiran Mayer membuat Moses menghentikan bisnis
‘nomaden’nya dan menetap di sebuah rumah agak besar dipersimpangan
Judenstrasse (Jalan Yahudi) kota Frankfurt. Di rumah itu, Moses membuka
usaha simpan-pinjam uangnya. Di pintu masuk kedai renten-nya, Moses
menggantungkan sebuah Tameng Merah sebagai merk dagangnya: Rothschild.
Sedari kecil Mayer Amshell dikenal sebagai anak yang cerdas. Dengan
tekun sang ayah mengajari Mayer segala pengetahuan tentang bisnis
rentennya. Moses juga sering menceritakan pengalaman dan pengetahuan
yang diperolehnya dari berbagai sumber. Moses sebenarnya ingin
menjadikan Mayer sebagai pendeta Yahudi. Namun ajal keburu menjemputnya
sebelum sang anak tumbuh dewasa. Sepeninggal ayahnya, Mayer sempat
meneruskan usaha ayahnya di rumah. Namun tidak lama kemudian Mayer ingin
belajar lebih mendalam tentang bisnis uang. Akhirnya ia bekerja di
sebuah bank milik keluarga Oppenheimer di Hanover.
Di bank ini, Mayer dengan cepat menyerap semua aspek bisnis perbankan
modern. Kariernya pun melesat, bahkan sang pemilik bank yang terkesan
dengan Mayer menjadikannya sebagai mitra muda dalam kepemilikian bank
tersebut.
Setelah merasa cukup banyak menimba ilmu tentang bisnis perbankan, Mayer
kembali ke Frankfurt, meneruskan usaha ayahnya yang sempat
dilepaskannya untuk beberapa waktu. Mayer telah berketetapan hati,
bisnis uang akan dijadikan sebagai bisnis inti keluarga ini.
Ia akan mendidik anak-anaknya kelak dengan segala pengetahuan tentang
bisnis penting tersebut dan menjadikannya keluarga besar penguasa bisnis
perbankan Eropa dan juga dunia.
Salah satu langkah yang diambil Mayer adalah dengan mengganti nama
keluarga ‘Bauer’ yang dalam bahasa Jerman berarti ‘Petani’ dengan merk
dagang usahanya, yakni ‘Tameng Merah’ (Rothschild). Mayer sendiri
memakai gelar Baron Rothschild I.
Masuk Kalangan Istana
Jenderal von Estorff
Berkat kepiawaiannya, usaha rumahan ini berkembang pesat. Rotshchild I
mulai melobi kalangan istana. Orang yang pertama ia dekati adalah
Jenderal von Estorff, bekas salah satu pimpinannya ketika masih bekerja
di Oppenheimer Bank di Hanover. Rothschild I mengetahui benar, sang
jenderal memiliki hobi mengumpulkan koin-koin kuno dan langka. Dengan
jeli Rothschild memanfaatkan celah ini untuk bisa dekat dengan sang
jenderal.
Untuk menambah perbendaharaan koin-koin kuno dan langka, Rotshchild
menghubungi sesama rekannya dalam jaringan orang Yahudi yang dalam waktu
singkat berhasil mengumpulkan benda-benda tersebut. Sambil membawa
barang yang sangat diminati Jenderal von Estorff, Rothschild I menemui
sang jenderal di rumahnya dan menawarkan semua koin itu dengan harga
sangat murah.
Jelas, kedatangan Rotshchild disambut gembira sang jenderal. Bukan itu
saja, rekan-rekan dan teman bisnis sang jenderal pun tertarik dengan
Rothschild dan kemudian jadilah Rotshchild diterima sepenuh hati dalam
lingkaran pertemanan dengan Jenderal von Estorff.
Suatu hari, tanpa disangka-sangka, Rothschild I dipertemukan oleh
Jenderal von Estorff kepada Pangeran Wilhelm secara pribadi. Pangeran
ternyata memiliki hobi yang sama dengan jenderal. Wilhelm membeli banyak
medali dan koin langka dari Rotshchild dengan harga yang juga dibuat
miring. Inilah kali pertamanya seorang Rotshchild bertransaksi dengan
seorang kepala negara.
Dari perkenalannya dengan Wilhelm, terbukalah akses Rothschild untuk
membuat jaringan dengan para pangeran lainnya. Untuk membuat pertemanan
bisnis menjadi pertemanan pribadi, Rotshchild menulis banyak surat
kepada para pangeran yang berisi puji-pujian dan penghormatan yang
begitu tinggi atas kebangsawanan mereka. Rothschild juga memohon agar
mereka memberi perlindungan kepadanya.
Pada tanggal 21 September 1769, upayanya membuahkan hasil. Pangeran
Wilhelm dengan senang hati memberikan restu atas kedainya. Rothschild
pun memasang lambang principalitas Hess-Hanau di depan kedainya sebagai
lambang restu dan perlindungan Sang Pangeran. Lambang itu bertuliskan
huruf emas dengan kalimat, “M.A.Rothschild. Dengan limpahan karunia
ditunjuk sebagai abdi istana dari Yang Mulia Pangeran Wilhelm von
Hanau.”
Keluarga Talmudian
Tahun 1770, saat berusia 27 tahun, Rothschild menikahi Guetele Schnaper
yang masih berusia tujuhbelas tahun. Dari perkawinannya, mereka
dikarunia sepuluh orang anak. Putera-puteranya bernama Amshell III,
Salomon, Nathan, Karlmann (Karl) dan Jacob (James). Kepada anak-anaknya,
selain mendidik mereka dengan keras soal pengetahuan bisnis perbankan
dan aneka pengalamannya, Rothschild I juga menanamkan kepada mereka
keyakinan-keyakinan Talmudian (bukan Taurat) dengan intensif.
Frederich Morton, penulis biografi Dinasti Rothschild menulis, “Setiap
Sabtu malam, usai kebaktian di sinagoga, Amshell mengundang seorang rabi
ke rumahnya. Sambil duduk membungkuk di kursi hijau, mencicipi anggur,
mereka berbincang-bincang sampai larut malam. Bahkan pada hari kerja pun
Amshell sering terlihat mendaras Talmud …dan seluruh keluarga harus
duduk dan mendengarkan dengan tertib.”
Keluarga Rotschild merupakan keluarga Yahudi yang berpandangan
Talmudian. Mereka sangat percaya bahwa tuhan, sesuai keyakinan dalam
ayat-ayat Talmud, telah memilih bangsa Yahudi sebagai manusia super,
satu-satunya ras manusia, sedangkan orang lain yang bukan Yahudi
merupakan ras yang derajatnya sama dan setara dengan hewan. Mereka sama
sekali tidak perduli dengan orang lain, dan hanya perduli dengan
kepentingan sesama Yahudi Talmudian.
Wilhelm von Hanau merupakan seorang kepala negara yang kaya raya dan
berpengaruh. Bisa jadi, bisnis utama Wilhelm yang memiliki sepasukan
tentara sewaan (bisnis ini juga berasal dari bisnis para Templar!)
membuatnya disegani tidak saja di Jerman tetapi juga di wilayah-wilayah
sekitarnya. Wilhelm juga memiliki kekerabatan dengan sejumlah keluarga
kerajaan Eropa lainnya. Inggris merupakan salah satu langganan setia
dalam bisnis tentara sewaannya. Harap maklum, daerah koloni Inggris di
seberang lautan sangat luas dan banyak.
Dalam bisnis ini, Rothschild bertindak sebagai dealernya. Karena kerja
Rothschild begitu memuaskan, maka Wilhelm pernah memberinya hibah uang
sebanyak 600.000 pound atau senilai tiga juta dollar AS dalam bentuk
deposito. Dari usahanya ini, Wilhelm memiliki banyak uang. Ketika
meninggal, Wilhelm meninggalkan warisan terbesar dalam rekor warisan
raja Eropa yakni setara dengan 200 juta dollar AS! (Maulani; 2002)
Sumber lainnya mengatakan bahwa uang sebesar tiga juta dollar AS itu
sebenarnya berasal dari pembayaran sewa tentara kerajaan Inggris kepada
Wilhelm, namun digelapkan oleh Rothschild (Jewish Encyclopedia, Vol. 10,
h.494).
Dengan bermodalkan uang haram inilah Rothschild membangun kerajaan
bisnis perbankannya yang pertama dan menjadi bankir internasional yang
pertama. Sebenarnya, Rothschild I ini tidak membangun kerajaannya
sendiri. Beberapa tahun sebelumnya ia telah mengirim anak bungsunya,
Nathan Rothschild yang dianggap paling berbakat ke Inggris untuk
memimpin bisnis keluarga di wilayah tersebut. Di London Nathan
mendirikan sebuah bank dagang dan modalnya diberikan oleh Rothschild I
sebesar tiga juta dollar AS yang berasal dari uang haram itu.
Di London, Nathan Rothschild menginventasikan uang itu dalam bentuk
emas-emas batangan dari East India Company. Berasal dari uang haram,
diputar dengan cara yang penuh dengan tipu daya, memakai sistem ribawi
yang juga haram, kian berkembanglah bisnis keuangan keluarga Rothschild
ke seluruh Eropa. Berdirilah cabang-cabang perusahaan Rothschild di
Berlin, Paris, Napoli, dan Vienna. Rothschild I menempatkan setiap
anaknya menjadi pemimpin usaha di cabang-cabangnya itu. Karl di Napoli,
Jacob di Paris, Salomon di Vienna, dan Amshell III di Berlin. Kantor
pusatnya tetap di London.
Rothschild I meninggal dunia pada 19 September 1812. Beberapa hari
sebelum mangkat, ia menulis sebuah surat wasiat yang antara lain
berbunyi:
- Hanya keturunan laki-laki yang diperbolehkan berbisnis. Semua posisi kunci harus dipegang oleh keluarga.
- Anggota keluarga hanya boleh mengawini saudara sepupu sekali (satu kakek) atau paling jauh sepupu dua kali (satu paman).
Dengan demikian harta kekayaan keluarga tidak jatuh ke tangan orang
lain. Awalnya aturan ini dipegang ketat, tapi ketika banyak pengusaha
Yahudi lainnya bermunculan sebagai pengusaha dunia, aturan ini
dikendurkan, walau demikian hanya boleh mengawini anggota-anggota
terpilih.
Dinasti Rothschild tidak punya sahabat atau sekutu sejati. Baginya,
sahabat adalah mereka yang menguntungkan kantongnya. Jika tidak lagi
menguntungkan maka ia sudah menjadi bagian masa lalu dan dimasukkan ke
dalam tong sampah. Pangeran Wilhelm sendiri akhirnya dilupakan oleh
Rothschild setelah ia berhasil menilep uangnya. Ketika Inggris dan
Perancis berperang dengan memblokade pantai lawan masing-masing, hanya
armada Rothschild yang bebas keluar masuk pelabuhan karena Rothschild
telah membiayai kedua pihak yang berperang tersebut.
Bank Sentral Inggris dan Utang Sebagai Alat Penjajahan
Beberapa orang menyangka jika pendirian Bank of England, bank sentral
pertama di dunia, juga akibat campur tangan dari Dinasti Rothschild.
Anggapan ini sebenarnya tidak tepat karena Rothschild I sendiri baru
lahir di Bavaria pada tahun 1743, sedangkan Bank of England berdiri pada
27 Juli 1694.
Sebelum Dinasti Tameng Merah lahir, jaringan Luciferian yang terdiri
dari tokoh-tokoh Yahudi berpengaruh dunia yang dikenal dengan istilah
“Para Konspirator”, para pewaris Templar, Orde Militeris yang kaya raya,
telah mencanangkan untuk menguasai England yang menjadi Inggris
sekarang dengan strategi lidah ular: Pertama, merekayasa pernikahan
keluarga raja Inggris sehingga nantinya para Raja Inggris berdarah
Yahudi, dan yang kedua lewat provokasi perang melawan Perancis agar
Inggris memerlukan uang yang banyak di mana pihak Konspirasi akan
memberi utang kepada Raja Inggris. Dengan utang, diharapkan kerajaan
besar itu akan takluk.
Inilah fakta sejarah jika jaringan Yahudi Dunia sejak dulu telah
menggunakan utang sebagai alat penakluk suatu negeri. Sekarang,
Indonesia yang kaya raya, juga telah ditaklukkan dan dijajah oleh utang.
Para tokoh Neo-Liberal di negeri ini yang gemar mengundang utang
imperialis masuk ke negeri ini merupakan pelayan-pelayan kepentingan
Luciferian. Banyak orang yang mengaku Islam menjadi pendukung kelompok
Luciferian ini disebabkan mereka malas berpikir sehingga mudah ditipu
mentah-mentah.
Perjalanan para Konspirator dalam menaklukan Keraaan Inggris diawali
dari suatu pertemuan sejumlah petinggi Ordo Kabbalah di Belanda. Mereka
menggelar pertemuan dan sepakat untuk menguasai Tahta Kerajan Inggris
sepenuhnya dengan cara menurunkan Dinasti Stuart dan menggantikannya
dengan seseorang yang mereka bina dari Dinasti Hanover dari Istana
Nassau, Bavaria.
Kala itu, Tahta Kerajaan Inggris tengah diduduki King Charles II
(1660-1685). Raja Inggris ini masih kerabat dekat Duke of York. Mary
adalah anak sulung dari Duke of York. Diam-diam, kelompok Konspirator
mengatur strategi agar Mary yang masih gadis itu bertemu dengan ‘Sang
Pangeran’ bernama William II, salah seorang pangeran kerajaan Belanda
dan pemimpin pasukan kerajaan. Mary dan William II pun bertemu dan
saling tertarik. Pada tahun 1674 mereka menikah. Tahun 1685 King Charles
II meninggal dan digantikan oleh James II yang memerintah sampai tahun
1688.
Dari hasil perkawinan antara William II dan Mary, lahir seorang putera
yang kemudian dikenal sebagai William III, yang kemudian menikah dengan
seorang puteri dari King James II bernama Mary II. William III yang
berdarah campuran antara Dinasti Stuart dengan Dinasti Hanover ternyata
menurut kelaziman tidak bisa menjadi Raja Inggris disebabkan ia bukan
berasal dari garis keturunan laki-laki Inggris, melainkan dari garis
perempuan. Mary II, isterinyalah, yang lebih berhak menyandang gelar
Queen.
Di sinilah para petinggi Yahudi melancarkan konspirasi dengan
mengobarkan ‘Glorious Revolution’ dan akhirnya berkat Partai Whig yang
melakukan kerjasama diam-diam dengan tokoh-tokoh Yahudi dan Partai Tory
yang bersikap pragmatis, revolusi tanpa darah ini berhasil menaikkan
William III sebagai Raja Inggris. Beberapa tahun sebelumnya, lewat
tangan Oliver Cromwell, kekuatan Yahudi juga telah ‘menyikat’ King
Charles I dan menguasai lembaga-lembaga keuangan di kerajaan itu. Dengan
berkuasanya William III maka Inilah awal hegemoni Dinasti Hanover
bertahta di Kerajaan Inggris sampai sekarang. Apalagi Dinasti Windsor
yang berkuasa di Kerajaan Inggris sekarang merupakan keturunan langsung
dari King Edward III (Prince of Wales) yang merupakan keturunan Hanover.
Pada tahun 1689, Raja Inggris, King William III mendirikan Loyal Orange
Order yang begitu fanatik mendukung gerakan pembaruan Gereja yang
dipimpin Martin Luther. Ordo ini menyatakan dengan tegas akan menjadikan
Inggris sebagai basis bagi gerakan Protestan. Pernyataan ini memiliki
pesan yang jelas terhadap Gereja Katolik: “Kami akan melawanmu!”
Sejarah memang telah mencatat jika Gereja Katholik merupakan musuh
bebuyutan para Templar. Para Templar, dan juga para pewarisnya seperti
kaum Mason dan Rosikrusian, masih sangat ingat bagaimana Paus Clement IV
berkomplot dengan King Philip V dari Perancis pada Jumat, 13 Oktober
1307 menumpas dan membantai Templar dari seluruh Eropa. Perlawanan dan
penghancuran Gereja (Katolik Roma) merupakan salah satu tujuan utama
kelompok Luciferian ini yang berasal dari dendam sejarah yang kesumat.
Loyal Orange Order sampai hari ini masih bertahan di Irlandia Utara
dengan jumlah anggota tak kurang dari angka 100 ribuan. Kelompok inilah
yang senantiasa mengobarkan api permusuhan terhadap kaum Katolik
sehingga sampai sekarang kehidupan masyarakat di sana tidak pernah sepi
dari konflik Protestan-Katolik.
King William III sendiri menceburkan diri dalam peperangan melawan
Perancis yang mayoritas Katolik. Inggris menderita kerugian yang banyak.
Utang pun menumpuk. Inilah awal berdirinya Bank of England sebagai bank
sentral swasta pertama di dunia, seperti yang telah disinggung di muka.
William G. Carr dalam bukunya “Yahudi Menggenggam Dunia” (Pustaka
Alkautsar, 1991) mencatat kronologi perjalanan petualangan Oliver
Cromwell sebagai kaki tangan tokoh Yahudi-Inggris setelah kematian King
Charles I pada 30 Januari 1649. Inilah kronologinya singkatnya:
* 1649, Cromwell menyerbu Irlandia dengan dukungan dana dari lobi Yahudi
internasional sehingga terjadi peperangan antara Inggris Protestan
melawan Irlandia Katolik.
* 1651, Charles II, putera King Charles I, memerangi Cromwell tapi gagal. Ia dibuang ke Perancis.
* 1652, Inggris melibatkan diri berperang melawan Belanda.
* 1653, Cromwell mengangkat dirinya sebagai The Lord Defender of Great Britain.
* 1654, Inggris terlibat perang Eropa lagi.
* 1656, Amerika yang masih menjadi jajahan Inggris bergolak dan akhirnya menjadi negara merdeka.
* 1657, Cromwell meninggal dunia. Puteranya, Richard, menjadi penguasa Inggris.
* 1659, Richard mengakhiri persekongkolan dengan Yahudi Internasional, ia mengundurkan diri dari kekuasaan.
* 1660, Jenderal monk dari angkatan bersenjata Inggris menduduki London. Charles II diangkat menjadi raja Inggris.
* 1661, Skandal persekongkolan antara Cromwell dengan kubu Yahudi
Internasional terungkap. Warga London geger dan marah. Makam Cromwell
dibongkar paksa.
* 1662, Gereja resmi Inggris, Anglikan, menindas umat Protestan.
* 1664, Inggris kembali berperang melawan Belanda.
* 1665, Krisis ekonomi melanda Inggris. Pengangguran dan kelaparan
merebak. Di tahun itu juga terjadi kebakaran besar yang menghanguskan
sebagian kota London, disusul wabah penyakit lepra.
* 1666, Inggris terlibat perang dengan Belanda dan Perancis.
* 1667, Ordo Kabbalah yang secara rahasia masih eksis di Inggris
melancarkan gerakan sabotase ke kalangan elit pemerintahan. Sejarah
Inggris mengenalnya sebagai gerakan Kabal. Akibatnya muncul gelombang
baru penindasan agama dan politik di Inggris.
* 1674, Setelah menggelar pertemuan internal di Belanda, Kelompok Yahudi
Internasional sepakat menguasai Kerajaan Inggris sepenuhnya dengan
melengserkan King Charles II dan menaikkan seseorang yang bisa
dikendalikan. Pada tulisan di muka hal ini telah disinggung, yakni
penobatan King William III yang masih berdarah Dinasti Hanover.
* 1683, Konspirasi berupaya membunuh King Charles II dan Duke of York tapi gagal.
* 1685, King Charles II meninggal dunia. Duke of York yang beragama
Katolik naik tahta dengan gelar King James II. Konspirasi menyebarkan
desas-desus untuk menentang raja baru itu. Rakyat banyak yang termakan
isu ini. Akibatnya banyak rakyat yang ditangkap pihak kerajaan. Nama
King James II menjadi tidak popular di mata rakyat.
* 1688, setelah King James II sudah tidak lagi mendapat dukungan
rakyatnya, Konspirasi Yahudi Internasional memprovokasi pangeran William
of Orange dari Belanda untuk menyerbu Inggris, dengan dukungan
kapal-kapal perangnya menuju pantai Inggris. King James II akhirnya
turun tahta dan kabur ke Perancis.
* 1689, William of Orange atau William III dan Queen of Mary –keduanya
Protestan—mengukuhkan diri sebagai Raja dan Ratu Inggris. Sementara itu
James II kabur lagi ke Irlandia, sebuah wilayah Katolik. Pasukan Inggris
sendiri terpecah antara yang Protestan dengan yang Katolik. Yang
Protestan mendukung William III sedang yang Katolik berupaya
mengembalikan James II ke tahtanya. Perang saudara pun tak terelakkan
pada 12 Juli 1689.
Sampai sekarang, rakyat Inggris masih mengenang peristiwa tersebut tanpa
banyak yang menyadari bahwa perang saudara itu sesungguhnya sengaja
dibuat oleh Konspirasi Yahudi Internasional, untuk menguasai
perekonomian negara besar Eropa itu. Hasilnya, berdirilah Bank of
England, bank sentral swasta pertama di dunia (1694), yang dimiliki
Konspirasi Yahudi tersebut.
Inggris terus dibuat untuk berperang, sehingga kas kerajaan terkuras dan
hutang bertambah banyak. Jerat yang dipasang para pemilik modal Yahudi
kini telah mengikat mangsanya. Kian lama kian kuat, mencekik. Inggris
pun jatuh ke dalam kekuasaan mereka hanya dengan modal awal £1.250.000!
Dari Inggris Mendirikan AS
Setelah menaklukkan kerajaan Inggris, pihak Konspirasi Yahudi
Internasional kini mengarahkan wajahnya ke sebuah benua baru yang masih
menjadi koloni Inggris di seberang Samudera Atlantik: Amerika. Jauh-jauh
hari sebenarnya mereka telah mempersiapkan hal ini lewat salah seorang
agennya bernama Christopher Colombus. Orang ini merupakan anggota
Knights of Christ, pelaian Templar yang mukim di Italia, Portugis, dan
Spanyol. Semasa remajanya, Colombus malah menjadi orang kepercayaan Rene
de Anjou, Grand Master Persaudaraan di Italia.
Demikianlah, Amerika Serikat memang dipersiapkan jauh-jauh hari sebagai
The Second Promise Land, selain Yerusalem, bagi bangsa Yahudi. Nama lain
kota New York saja adalah The New Jerusalem. Pada 4 Juli 1776,
tokoh-tokoh Mason Amerika menandatangani Declaration of Independence.
Berdirilah satu negara Masonik yang dipersiapkan sebagai The
Headquarter, markas besar, gerakan Ordo Kabbalah dalam menaklukkan dunia
kelak, menuju tatanan dunia baru yang sepenuhnya sekular. Suatu
cita-cita Masonik yang ditorehkan pada lambang negara AS: Novus Ordo
Seclorum
.
Tidak seperti sekarang, Eropa waktu itu merupakan sebuah benua yang
terbagi dalam banyak kerajaan besar kecil, serta sejumlah wilayah kecil
otonom (Principalis), semacam kabupaten yang merdeka, seperti Monaco dan
Lechtenstein. Saat itu Inggris dan Perancis merupakan dua negara
kerajaan yang paling berpengaruh. Setelah Inggris berhasil dikuasai dan
para tokoh Mason Amerika berhasil memproklamirkan kemerdekaan negara
itu, maka Konspirasi Yahudi Internasional berusaha untuk menaklukkan
Perancis. Baron Rothschild merupakan salah satu tokoh sentral dalam
Konspirasi Yahudi Internasional untuk menaklukkan Perancis.
Tahun 1773, Baron Rothschild dan 12 tokoh Yahudi lainnya berkumpul di
kediamannya di Bavaria. Mereka membahas berbagai perkembangan Eropa
terakhir, termasuk mengevaluasi hasil-hasil upaya Konspirasi di Inggris.
Dalam pertemuan inilah, nama Adam Weishaupt disebut oleh Rothschild
sebagai seseorang yang bisa dipercaya untuk menjalankan tugas dari
Konspirasi.
Dalam pertemuan itu, Baron Mayer juga membacakan 25 butir strategi
penguasaan dunia yang kelak dalam Kongres Zionis Internasional I di
Basel-Swiss tahun 1897 disahkan dengan nama Protocolat Zionis.
Baron Rothschild
Baron Mayer atau Rothschild I juga mengatakan jika Konspirasi dianggap
terlalu lamban dalam melakukan program yang direncanakan untuk Inggris,
akibatnya penguasaan Inggris secara total terhambat oleh hal-hal kecil.
Namun hal-hal kecil ini bisa dianggap tidak berpengaruh besar bagi upaya
penguasaan oleh Konspirasi. Walau demikian, hal-hal kecil ini dianggap
tidak boleh dibiarkan. Beberapa kelompok berpengaruh di Inggris ada yang
masih mampu bertahan menghadapi Konspirasi.
Rothschild segera memerintahkan agar pelaksanaan program dipercepat dan
menyingkirkan oposisi secepatnya dengan segala cara yang bisa diambil.
Jika perlu, segenap lapisan masyarakat Inggris harus dikuasai dengan
jalan teror atau kekerasan.
Dalam pertemuan itu, Rothschild juga menekankan kepada para undangan
bahwa apa-apa yang telah dihasilkan di Inggris sesungguhnya bukanlah
apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang akan mereka perbuat atas
Perancis. Skema besar untuk meletupkan Revolusi Perancis pun di bahas
dengan serius.
Ini merupakan satu mata rantai dari sejumlah pertemuan para Konspiran
untuk menggodok Revolusi Perancis. Dalam pertemuan di Frankfurt ini,
agenda yang telah dirancang dipermatang dan upaya penggalangan dana pun
di mulai dari ‘markas’ Rothschild tersebut. Menurut penilaian sosiologis
dan psikologi massa yang dilakukan Konspirasi, situasi yang tengah
dihadapi Perancis saat itu memang menggambarkan dengan baik apa yang
sebenarnya tengah terjadi di Eropa: perekonomian tengah lesu, utang
menumpuk, pengangguran di mana-mana, lapangan pekerjaan nyaris tidak
bergerak, sektor industri macet, dan bencana kelaparan di ambang pintu.
Jurang kesenjangan ekonomi yang terjadi antara buruh dan rakyat
kebanyakan dengan para bangsawan, pemilik modal, dan raja-raja demikian
besar dan dalam. Menurut teori revolusi, dalam kondisi demikian buruk,
massa rakyat telah siap untuk menyambut siapa pun yang tampil secara
meyakinkan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Massa rakyat
telah menjadi semacam tumpukan jerami kering yang hanya dengan percikan
api sedikit saja akan bisa terbakar dan meluas dengan sangat cepat.
Kondisi di Perancis merupakan yang terparah.
Di tengah kondisi demikian, lewat corong media yang dikuasainya,
Konspirasi meniupkan aneka slogan yang muluk-muluk dan melemparkan semua
kesalahan kepada penguasa dan orang-orang kaya, sehingga rakyat
Perancis kian membenci mereka. Kehancuran dan kerusuhan tinggal menunggu
hitungan hari. Sebuah rencana besar siap digelindingkan oleh
Konspirasi.
Salah satu rumus baku dalam gerakan massa adalah: menjelek-jelekkan masa
sekarang, di saat bersamaan mengingatkan massa rakyat akan kegemilangan
masa lampau dan meyakinkan massa rakyat bahwa masa depan akan bisa
menjadi lebih gemilang, mengulangi masa-masa keemasan di zaman silam,
jika massa rakyat mau dan siap bergerak menumbangkan status-quo. Ini
berlaku di mana saja.
Untuk menyatukan langkah gerakan massa, Konspirasi menciptakan tiga
slogan gerakan: Liberté, Egalité, dan Fraternité (Kemerdekaan,
Persamaan, dan Persaudaraan). Sebuah slogan yang mampu membius massa
rakyat Perancis sehingga rela mengorbankan apa saja demi memenuhinya.
Slogan ini secara terus-menerus diperdengarkan ke telinga rakyat
Perancis sehingga setiap orang Perancis saat itu sangat hapal dengan
tiga istilah di atas saat itu, bahkan kemudian dunia juga hafal.
Walau terdengar sangat indah, namun tiga istilah di atas bagi Konspirasi
Yahudi Internasional memiliki arti yang sama sekali beda. Bagi kelompok
ini, Liberté sesungguhnya berarti Kemerdekaan bagi mereka, kebebasan
bagi mereka, bagi para pemilik modal, untuk berbuat apa saja terhadap
Perancis.
Egalité yang sesungguhnya bermakna Persamaan, bagi Konspirasi diartikan
sebagai persamaan di kalangan mereka untuk bisa bersama-sama, gotong
royong, di dalam usahanya menguasai perekonomian Perancis.
Sedangkan Fraternité memiliki arti sebagai Persaudaraan antara kelompok
mereka sendiri, di mana di dalam setiap usahanya, mereka harus saling
tolong-menolong, bantu-membantu, agar kepentingan kelompok mereka bisa
dicapai. Inilah hakikat tiga slogan Revolusi Perancis. Jadi Persaudaraan
hanya terbatas pada kelompoknya saja.
Pada 14 Juli 1789, massa rakyat berbondong-bondong menuju penjara
Bastille, perancis. Penjara yang bagaikan benteng itu dibakar. Para
narapidana melarikan diri dan menimbulkan kerusuhan dan perampokan di
mana-mana. Penyerbuan ke penjara benteng Bastille ini menandai di
mulainya Revolusi Perancis. Hari demi hari berjalan dengan perkmebangan
yang tidak bisa diduga. King Louis XVI dan Marie Antoinette ditangkap
dan dijebloskan kedalam penjara. Tidak lama kemudian keduanya dihukum
mati, di pancung di atas Guilotin.
Mirabeau
Mirabeau yang awalnya didukung Konspirasi, kini malah diburu. Dia
sebenarnya seorang yang cerdas, dan menjadi curiga dan dengan cepat ia
menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya. Namun Mirabeau terlambat,
mesin propaganda Konspirasi telah bekerja begitu cepat dan efektif
melancarkan fitnah terhadapnya. Gagal menyeret Mirabeau ke pengadilan,
akhirnya pihak Konspirasi meracuni Mirabeau hingga tokoh ini menemui
ajal. Jenazah Mirabeau diatur sedemikian rupa untuk mengesankan dia
bunuh diri. Sejumlah selebaran dan berita-berita yang mendukung ‘bunuh
diri’ Mirabeau ini dicetak dan disebarluaskan ke Eropa.
Kematian Mirabeau kemudian diikuti dengan berkuasanya pemerintahan teror
di Perancis. Pada masa ini, tiap hari rakyat Perancis menyaksikan
ribuan orang tiap hari digiring menuju pisau Guilotin. Roberspierre dan
Danton ditugaskan Konspirasi untuk menjadi algojonya. Setelah dianggap
menyelesaikan tugasnya, kedua orang ini, Roberspierre dan Danton pun
dibunuh dengan keji. Pemerintahan teror mencapai puncaknya antara
tanggal 27 April hingga 27 Juli 1794.
Satu hari sebelum Roberspierre diseret ke tempat hukuman mati, di depan
Majelis Nasional, Roberspierre sempat menyampaikan orasi yang menyerang
Konspirasi dan membuka tirai mereka dengan mengatakan ada sebuah
organisasi rahasia yang bekerja dan menjadi dalang Revolusi Perancis.
Roberspierre dengan tegas mengatakan,
“Aku tidak berani menyebut nama mereka di tempat ini dan disaat ini
pula. Aku juga tidak bisa membuka tirai yang menutupi kelompok ini sejak
awal terjadinya peristiwa revolusi. Akan tetapi, aku bisa meyakinkan
anda sekalian, dan aku percaya sepenuhnya, bahwa di antara penggerak
revolusi ini ada kaki tangan yang diperalat dan melakukan kegiatan
amoral dan penyuapan besar-besaran. Kedua sarana itu merupakan taktik
yang paling efektif untuk menghancurkan negeri kita yang kita cintai
ini…”
Roberspierre, seorang Mason yang diberi kesempatan lebih untuk
mengetahui lebih banyak dari yang seharusnya, ternyata dinilai 13
petinggi Konspirasi Yahudi Internasional telah bertindak melampaui
batas. Mereka menetapkan jika Roberspierre harus mati. Maka dalam waktu
dekat, Roberspierre pun diseret ke tempat hukuman mati dengan tuduhan
yang dibuat-buat.
Source :
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/rothschild-bank-inggris-dan-the-federal-reserve-1.htm
http://www.detikfinance.com/read/2010/11/16/151109/1495676/6/bakrie-go-international-bersama-rothschild
PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR) menggelar aksi menggemparkan dengan
melakukan tukar guling saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan Vallar
milik Rothschild, keluarga bankir terkaya di dunia. Transaksi ini
membuat BNBR menjadi perusahaan di tingkat internasional.
http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/11/18/brk,20101118-292518,id.html
Perusahaan milik keluarga Rothschild, Vallar Plc, pada Selasa lalu
mengumumkan transaksi tukar guling 75 persen saham Berau dan 25 persen
saham Bumi.
"Transaksi ini bernilai US$ 3 miliar yang akan dibayar dengan tunai dan
saham Vallar," kata Direktur Vallar Nathaniel Rothschild melalui
telekonferensi di Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar